My scribbles

Wednesday, February 4, 2009



‘ Wanita yang kotor adalah untuk lelaki yang kotor dan laki-laki yang kotor adalah untuk wanita-wanita yang kotor. Wanita yang baik adalah untuk laki laki yang baik, dan laki laki yang baik hanyalah untuk wanita wanita yang baikk ( An Nuur: 26)

Kerapkali kita tersilap menyusun pembaikan diri kerana niat untuk mempersiapkan diri menerima dia. Walhal sebenarnya ada atau tidak adanya dia ‘saya’ harus terus melakukan pembaikan diri. Bukan untuk mengukur ‘wah saya harus memperbaiki diri dulu ni’. Akibatnya setelah melakukan pembaikan diri pun masih ada pertanyaan, ‘ bagaimana kita mengukur bahawa kita sudah sedia untuk menikah? Bagaimana mengukur kita sudah layak mendapatkan dia? Dan bagaimana kita mengukur bahwa dia juga sesuai untuk kita?

Hakikatnya itu terlalu cetek untuk menjadi tujuan sebuah perbaikan diri yang nantinya adalah proses terus menerus yang juga kita lakukan setelah menikah dan sepanjang hidup. Soal siapa yang jauh lebih baik dari dia, tiada waktu untuk diteka teka. Biarlah itu urusan ALLAH. Sampai pada suatu masa kita serius untuk sebuah proses pernikahan, lalu ada ikhtiar. Dia akan bukakan rahsia itu dengan mudah iA. Lalu saya jadi teringat pada sebuah pertanyaan di sebuah forum, ; kalau kita sudah memperbaiki diri kemudian kita menikah, ternyata kita mendapat jodoh yang tidah sebaik kita, bagaimana?

Ada beberapa alternatif jawapan yang boleh dipertimbangkan. Pertama, memang ada kemuliaan yyang ALLAH berikan kepada hambanya berupa ujian melalui pasangan hidup seperti yang dialami oleh Nabi Nuh, Nabi Luth dan Asiyah Bt Muzahim. Kedua mungkin kita telah melakukan pembaikan diri dan itu nampak secara zahir. Tetapi secara batinnya kita mungkin lebih buruk lagi dari pasangan hidup kita itu, iaitu niat kita, keikhlasan kita dan prasangka prasangka pada ALLAH misalnya. Jadi jika ditimbang semula, jadinya sama saja.

Kemungkinan ketiga, jangan jangan kita hanya merasa baik tapi sebenarnya parah. Dan ini yang mengkhuatirkan. Kerana merasa baik sering menutup pintu pintu pembaikan yang selanjutnya. Salah seorang sahabat sering mengingatkan kita dari ghuruur ( ketertipuan) semacam ini.’ Ah itu hanya perasanmu saja!”

Ternyata soal nikah ini susah ya? Tapi insyaALLAH lebih banyak mudahnya. Kecuali jika kita mmg suka menyulitkan diri dan mempersulitkan orang lain. Sememangnya, menyulitkan diri membuat kita sulit di dunia sedangkan mempersulitkan orang lain membuatkan kita sulit di hadapan ALllah di akhirat kelak.

Awalnya memang dari niat. Niat ketika kita berazam utk bersegera mencapai sebuah kebersamaan suci dalam naungan Redha Ilahi. Niat ketika menetapkan criteria. Niat ketika kita memulakan sebuah proses yang bersih, tanpa hubungan haram bercouple, tanpa interaksi yang membazir masa / perasaan dan merosak hati. Niat ketika melihat calon suami / isteri. Niat ketika diperkenalkan pertama kali. NIat ketika melihat keadaan keluarganya. Niat ketika menentukan mas kahwin / mahar dan syarat2. Niat ketika menyatakan persetujuan dan penerimaan. NIat ketika merancang hari akad dan walimah. Niat selama dalam penantian. Niat ketika dan ketika..

Niat ketika mengucapkan ijab dan qabul. Niat di saat menerima ucapan selamat dan doa. Niat di waktu bersama dengan tetamu. Niat di saat tetamu meninggalkan majlis. Niar ketika mengucapkan salam dan mengetuk pintu kamar. Niat ketika berjemaah dua rakaat buat pertama kalinya. NIat ketika meminta meminum air dari tepi gelas yang sama. Niat ketika mengajak bicara dan meneguhkan komitmen bersama. Niat ketika mengajak bermain dan bercanda. Niat ketika dan ketika…

Sampai di sini, kita harus merenung. Jikapun dulu ada niat yang bertitik hitam, ada prasangka terhadap kebesaran Allah, ada ketidakjujuran padaNya dan pada manusia, masih ada waktu untuk beristighfar bertaubat dan memperbaharui niat. Pembaikan, dengan mengubah apa2 yang ada dalam jiwa kita inssyaAllah akan memahatkan makna dan mengalirkan darah baru dalam keberkahan rumahtangga kita.

Pada engkau yang belum menikah, katakana padaku saat kau rasa nikmatnya pandangan pertama, apa yang terbit di hatimu. Sudahkah engkau bersegera menunjuk dada dan bertanya “ Akan adakah barakah dalam pernikahan kita? “

No comments: